Era pasar bebas dalam Asean Free Trade Area (AFTA), membutuhkan sumber daya manusia yang kompetitif, cerdas dan berdaya saing. Inilah yang menjadi tantangan lembaga pendidikan untuk melahirkan kader-kader unggulan, yang mampu bersaing dengan akademisi dan pengusaha di kawasan Asia Tenggara, mulai tahun depan.
Untuk menghadapi era AFTA, Sekolah Tinggi Agama Islam Mathali’ul Falah (STAIMAFA) Pati, Jawa Tengah menyiapkan kader-kader sarjana yang memiliki skill, profesional dan bermoral. Hal ini, disampaikan oleh Ketua STAIMAFA, H. Abdul Ghoffar Rozien dalam rangkaian agenda wisuda III STAIMAFA, pada Sabtu (06/12). Agenda yang berlangsung di auditorium kampus STAIMAFA ini, dihadiri oleh Prof. Muhammad (pakar ekonomi syariah), Bupati Pati, H. Haryanto, MM, ulama dan beberapa tokoh masyarakat di kawasan Karisidenan Pati.
Ketua STAIMAFA mengungkapkan, bahwa kampus ini menyiapkan pembelajaran yang berbasis pada nilai pesantren, skill entrepreneur dan riset akademis. “Mahasiswa STAIMAFA sudah menempuh mata kuliah, workshop, maupun pelatihan-pelatihan yang dirancang agar menghasilkan lulusan yang profesional, bermoral dan mampu berkompetisi. Sejauh ini, lulusan-lulusan kampus ini, banyak diserap oleh lembaga keuangan, lembaga pendidikan maupun menjadi social worker yang mampu mengawal transformasi di tengah masyarakat,” ungkap H. Abdul Ghoffar Rozien, yang biasa disapa Gus Rozien.
Dari desain inilah, STAIMAFA memandang penting untuk menguatkan basis moral mahasiswa dengan nilai-nilai pesantren, khususnya dengan konsep Saleh-Akram, yang menjadi ciri khas nilai-nilai pengetahuan dan pembelajaran pesantren di kawasan Kajen. STAIMAFA juga membangun koneksi dengan Universitas Ciputra, universitas-universitas riset, BUMN, hingga kementrian-kementrian maupun pemerintah daerah.
Pakar ekonomi syariah, Prof. Muhammad, menyampaikan pentingnya karakter sarjana agar dapat menjadi pribadi yang unggul, kompetitif dan menciptakan solusi. “Sekarang ini, di era AFTA, orang tidak hanya ditentukan oleh pendidikannya, akan tetapi juga dengan karakter moralnya. Kepribadian sangat penting untuk menentukan bagaimana seseorang mendapatkan peluang maupun diserap dalam bidang profesional,” tegasnya.
Dalam sambutannya, Prof Muhammad menginginkan sarjana memiliki karakter, visi dan impian perjuangan. Dengan demikian, energi positif yang dimiliki seseorang akan menjadi kerja-kerja professional yang akan menghantarkan pada kesuksesan. Karakter, visi dan kerja profesional inilah yang perlu dimiliki sarjana-sarjana saat ini, agar mampu berkompetisi di era pasar bebas.
Dalam wisuda kali ini, STAIMAFA meluluskan 79 mahasiswa, terdiri dari 33 mahasiswa PBA (Pendidikan Bahasa Arab), 37 mahasiswa PS (Perbankan Syariah), 9 mahasiswa PMI (Pengembangan Masyarakat Islam). Adapun mahasiswa terbaik, yakni Sahal Mahfud (PBA, IPK 3,68), Wifaqussaniyah (PMI, 3,63), dan Yusuf Amiruddin (PS, 3,42)