Jasa Pahlawan

Jamal-MamurTANGGAL 17 Agustus 2016 adalah momentum paling penting bagi bangsa ini untuk mengingat jasa pahlawan yang telah mengorbankan jiwa dan raga untuk meraih kemerdekaan. Mereka bahu-membahu melawan penjajah dengan senjata seadanya.

Tekad kuat, mimpi besar, dan persatuan nasional akhirnya mengantarkan Indonesia memperoleh kemerdekaan. Tidak ada yang gratis dalam kehidupan ini.

Setiap keberhasilan identik dengan cucuran keringat, kerja keras, dan semangat pantang mundur. Tantangan dan rintangan yang mengadang dihadapi dengan kegigihan dan optimisme.

Berpikir sesuatu yang besar, bermimpi sesuatu yang mustahil bagi khalayak umum, dan tidak kenal lelah memburu kemenangan adalah kunci keberhasilan. Pejuang kemerdekaan bangsa ini telah membuktikannya.

Mereka sosok visioner. Mereka memikirkan masa depan, tidak hanya jangka pendek untuk pribadi dan kelompok. Bila bangsa ini terus dijajah, nasib generasi masa depan dalam bahaya dan bangsa ini terus tertindas dan teraniaya.

Virus Perjuangan

Maka tidak ada jalan lain kecuali membulatkan tekad dan membangun kepercayaan bahwa kita bisa merdeka. Soekarno, M Hatta, M Nasir, Jenderal Soedirman, KH M Hasyim Asyíari, KH Abdul Wahab Hazbullah, KH A Wahid Hasyim dan tokoh lain berjuang bersama mengusir penjajah.

Melihat jasa besar pahlawan maka pelajaran terpenting dalam momentum 17 Agustus 2016 ini adalah memasukkan virus perjuangan mereka dalam jiwa seluruh anak bangsa. Upaya itu supaya lahir semangat berjuang sampai titik darah penghabisan guna meraih mimpi besar: membawa bangsa ini ke gerbang kejayaan.

Musuh besar kita adalah kemalasan dan ketergantungan dari pihak luar. Maka, gerakan suka belajar dan bekerja dan mengecam pengangguran dan kemalasan adalah prioritas. Anak-anak muda usia produktif harus mau berlari kencang untuk melahirkan karyakarya baru yang spektakuler.

Saya melihat mayoritas anak-anak usia produktif, kebanyakan waktunya dihabiskan di depan televisi dan larut dalam pergaulan yang tidak produktif. Regulasi yang jelas untuk televisi harus segera dibuat dan ditegakkan supaya anak-anak bangsa kembali berkutat dengan ilmu dan karya. Selain itu, sudah waktunya pemerintah membuat komunitas belajar untuk mendorong semangat belajar dan berkarya.

Kampung belajar seperti di Pare Kediri yang fokus mendalami Bahasa Inggris diperbanyak dengan model lain, misalnya kampung fisika, kampung matematika, kampung sastra, dan lain-lain. Pondok pesantren adalah salah satu contoh komunitas belajar yang efektif membangun karakter dan prestasi. Komunitas-komunitas belajar inilah yang akan mengakselerasi potensi anak bangsa sehingga lahir karyakarya besar yang dikenal dunia.

Langkah selanjutnya adalah memperkecil ketergantungan dari negara lain lewat kemandirian ekonomi. Kemandirian ekonomi bisa diawali dengan swasembada pangan. Bagaimana nasib petani Indonesia jika kebijakan impor terus dilakukan.

Nasib nelayan juga harus diperhatikan dengan langkah-langkah nyata, seperti dilakukan Kementerian Kelautan dan Perikanan yang menghukum pelaku illegal fishing dan aturan- aturan lain yang meningkatkan produktivitas nelayan. Dirgahayu Ke- 71 RI. (H15-10)

— Penulis adalah pegiat sosial, dosen Ipmafa Pati

Sumber: Suara Merdeka