Membangun Generasi Qurani

SALAH satu bentuk wakaf di masyarakat adalah wakaf tanah dan gedung taman pendidikan Alquran (TPQ) yang jumlahnya sangat banyak. Di satu desa minimal ada satu gedung TPQ, dan banyak yang jumlahnya dua, bahkan lebih. Ini menunjukkan TPQ adalah aset wakaf yang sangat produktif.

Masyarakat punya harapan besar agar TPQ mampu membangun generasi qurani yang sangat diidam-idamkan seluruh umat Islam. Tentu sertifikasi tanah TPQ menjadi kewajiban pertama nadhir wakaf, baru kemudian mengelola TPQ dengan baik supaya mampu mewujudkan harapan besar masyarakat.

Alquran dan Hadis Nabi yang menjelaskan keagungan mempelajari Alquran sangat banyak. Prestasi dalam bidang Alquran, khususnya tahfidz (menghafalkan) sangat luar biasa. Berbagai perguruan tinggi terkemuka, dalam dan luar negeri, memberikan beasiswa penuh kepada kader muda Islam yang mampu menghafal Alquran 30 juz.

Mereka diberi keleluasaan memilih jurusan, sampai ke fakultas kedokteran yang seleksinya sangat ketat. Media masa, khususnya elektronik, mengadakan lomba tahfidz Alquran dengan hadiah sangat menggiurkan, seperti umrah.

Instansi pemerintah menggelar lomba dan takhtimul quran dengan hadiah sangat besar. Berbagai penghargaan atas prestasi di bidang Alquran ini menjadi motivasi besar bagi kader muda Islam untuk mempelajarinya secara utuh.

TPQ mempunyai tanggung jawab menyusun dan menerapkan kurikulum pembelajaran Alquran yang mampu merealisasikan tugas di atas secara konsisten dan gradual. Pada tahap pertama, kefasihan, tajwid, dan khatam Alquran menjadi program utama.

Pahala Besar

Pada tahap kedua, bacaan-bacaan yang asing (gharib)menjadi menu program yang harus dikuasai kader-kader muda. Tahap ketiga, dikembangkan ke arah tahfidz (menghafal), mulai juz 1 sampai 30. Seusai tahfidz, dikembangkan lagi pada kajian tafsir.

Sayyid Muhammad Alawi al-Maliki al- Hasani al-Makki dalam kitab al-Qawaid al-Asasiyyah fi Ulumil Qurían menjelaskan orang yang membaca Alquran dengan memahami maknanya, pahalanya lebih besar daripada orang yang membaca tapi tidak memahami maknanya.

TPQ seyogianya mampu memberikan kemampuan anak didik sampai pada level kualitas ideal ini, sehingga lahir anak didik yang mampu menyejukkan masyarakat dan bangsa ini dengan bacaan dan pemahaman Alquran yang cemerlang.

Kader-kader ini diharapkan mampu meneruskan estafet ulama-ulama tafsir Nusantara yang terkenal dengan keilmuan dan karya mendalam terhadap Alquran, seperti KH Bisyri Mustafa Rembang denganTafsir al-Ibriz, KH Misbah Mustafa Bangilan Tuban dengan Tafsir Al-Iklil Fi Maíanit Tanzil, Prof Dr Hamka dengan Tafsir Al-Azhar, Prof Dr M Quraish Shihab dengan Tafsir Al-Misbah, KH Maimun Zubair Sarang dan KH Syaíroni Ahmadi Kudus yang memukau kajian tafsirnya ketika menggelar pengajian rutin di Sarang dan Masjid Kudus.

Indonesia bisa meniru negara Iran yang mampu menyiapkan kader-kader mudanya yang cemerlang dan prestatif dalam Alquran. Menurut Zuhairi Misrawi (2010), pendidikan di Iran dibuat berjenjang. Menghafalkan Alquran sebagai fondasi karakter dan keilmuan menjadi jenjang pertama.

Menguasai bahasa asing menjadi jenjang kedua yang memungkinkan seseorang mampu mengakses seluruh literatur keilmuan dan peradaban dalam berbagai khazanah keilmuan lintas negera dan memungkinkannya berkomunikasi sampai level dunia tanpa ada halangan.

Membaca buku dan aneka macam sumber ilmu di perpustakaan menjadi langkah ketiga. Membaca adalah jendela dunia.

Apa yang dibaca sangat menentukan karakter, wawasan, dan visi hidup seseorang. Melatih menulis dan berdebat secara profesional menjadi langkah selanjutnya dalam menyiapkan kader muda Iran.

Dengan langkah-langkah itu, Iran mampu memproduksi kader-kader muda yang hafal Alquran, mempunyai wawasan luas, ideologi tangguh, dan kemampuan menulis dan berkomunikasi sampai level dunia. (H15-14)

— Penulis adalah Ketua Program Studi Manajemen Zakat Wakaf Ipmafa Pati, penulis buku Menatap Masa Depan NU

Sumber: Suara Merdeka