Oleh Munawir Aziz
“Kampanye antiteror, deradikalisasi, dan injeksi nilai-nilai harmoni merupakan langkah awal mengokohkan identitas Islam Indonesia”. AGENDA Annual Conference on Islamic Studies (ACIS) XI Kementerian Agama merupakan momentum penting untuk merefleksikan masa depan keagamaan di Indonesia.
Konferensi yang berlangsung di Bangka Belitung, 10-13 Oktober 2011ini merupakan momentum strategis untuk memetakan dan menganalisis kondisi keberagamaan masyarakat Indonesia, di tengah teror bom dan konflik politik.
Agenda ini mengusung tema “Merangkai Mozaik Islam dalam Ruang Publik untuk Membangun Karakter Bangsa”. Tema ini sangat tepat di tengah ketegangan sosial di ruang publik keagamaan, khususnya teror yang tak pernah berhenti.
Selama ini, masyarakat Indonesia sedang sakit akibat kekerasan yang terus terjadi. Kekerasan seolah bara dalam sekam, yang tiap saat siap membakar. Masyarakat seperti melupakan warisan kebhinnekaan dari sejarah panjang Nusantara.
Peradaban umat manusia yang hampir menjangkau luas wilayah Asia Tenggara, tenggelam dalam artefak antropologis dan historis. Nilai-nilai kebhinnekaan dalam struktur dan kultur hanya dipahami dan diyakini adanya, namun tak tampak pada identitas warga Indonesia kini.
Bayangkan, iklim keagamaan di negeri ini tak bisa diterka; tenang tapi menyimpan gelombang. Adem tapi menyimpan hawa panas.
Mirip dengan kondisi geografisnya yang terletak di cincin api, dari luar tampak memesona tapi menyimpan ancaman.
Lalu, bagaimana mengelola berbagai potensi dan ancaman sekaligus dalam ruang harmoni keagamaan? Bagaimana merajut keselarasan di ruang publik antaragama, untuk mengokohkan karakter bangsa kita masa kini?
Selama beberapa tahun terakhir, gerakan ormas dan kelompok radikal makin meningkat. Gerakan ini tak hanya mewujud dalam wajah kelompok garis keras berjubah agama namun juga menyusup ke institusi keagamaan dan rumah ibadah.
Ormas-ormas keagamaan garis keras bermunculan untuk menggeser kelompok moderat dan toleran. Di samping itu, masjid-masjid di beberapa kota telah banyak direbut dan dikuasai oleh sekelompok pengikut aliran keagamaan berbasis radikal.
Masjid menjadi ajang kontestasi kekuasaan dan ideologi, yang saling berimpitan kepentingan (Wahid, 2009).
Mencari Harmoni
Dari pembacaan atas patologi sosial di ranah keagamaan, yang paling mengkhawatirkan adalah keruhnya ruang sosial keagamaan di Indonesia. konstruksi dan ruang sosial mulai tergerus resistensi antarkelompok.
Tak hanya antaragama, namun juga di rumpun agama yang sama. Kekerasan antaragama dan antarsesama pemeluk agama tak bisa dihindarkan. Pengeboman rumah ibadah, dan penganiayaan warga Ahmadiyah merupakan contoh nyata.
Maka, yang perlu dilakukan adalah membersihkan ruang publik keagamaan itu dengan nilai-nilai harmoni. Peran subjek sebagai agensi penting untuk diketengahkan sebagai faktor penentu. Agensi, yang dalam hal ini terrepresentasi dalam diri subjek individual, komunitas, legislator, dan penguasa, turut menyumbang wajah ruang publik.
Meminjam pisau analisis Habermas, ruang publik bermakna sebagai realitas atas kehidupan sosial kita di mana sesuatu yang digunakan untuk mendekati dan menggagas opini publik.
Habermas (1974: 49-55) mengungkapkan, akses merupakan unsur penting dalam teori ruang publik, yang menentukan relasi ataupun kepentingan personal yang berdampak pada ruang bersama.
Negosiasi identitas di ruang publik menjadi latar belakang aktivitas sosial ormas, kelompok agama, dan gerakan ideologis.
Kontrol atas ruang publik berguna memetakan ide atas ruang, atau medium; ranah untuk mempertautkan identitas, kehidupan personal, ideologi, dan kepentingan politik antarpersonal, serta pengaruhnya bagi pihak lain.
Masa depan Islam Indonesia berada di wilayah kontestasi dan negosiasi indentitas di ruang publik. Dengan demikian, kampanye antiteror, deradikalisasi, dan injeksi nilai-nilai harmoni merupakan langkah awal mengokohkan identitas Islam Indonesia yang moderat dan ramah tradisi. (10)
* Munawir Aziz, pemakalah pada ACIS XI 2011, dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Mathali’ul Falah Pati, mahasiswa CRCS Pascasarjana UGM