Peneliti Ipmafa Paparkan Hasil Riset Tentang Moderasi dan Kepemimpinan Pesantren di Jawa

IPMAFA kembali melahirkan sejarah baru dengan diselenggarakannya paparan hasil riset di ruang publik oleh para dosen peneliti (26/11/2019). Hadir dalam kesempatan itu para dosen, mahasiswa dan pejabat struktur IPMAFA untuk menyimak diseminasi hasil riset dengan tema “Moderasi dan Kepemimpinan Pesantren di Jawa”.

Ada empat peneliti dari dosen IPMAFA yang mepresentasikan hasil risetnya secara mendalam dengan presentasi pertama dilakukan oleh peneliti senior yang sudah malang melintang di berbagai forum Internasional, yaitu Kamilia Hamidah dan Arif Chasanuddin.

Kamilia dalam paparannya menyampaikan prekembangan dan penanaman sikap moderat pesantren dengan objek penelitian pesantren-pesantren di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat. Sementar Arif menjelaskan secara fenomenologis moderasi yang Ada di beberapa Pesantren antara lain: PP Al Aqobah Jombang, PP Futuhiyyah Demak, PP Roudlotut Thalibin Rembang, dan PP APIK Kaliwungu Kendal.

Dari penelitian tersebut ada sejumlah temuan yang dipaparkan antara lain: Pertama, pesantren Tidak gagap dengan teknologi, tapi memanfaatkan teknologi untuk dakwah digital Islam moderat.

Kedua, Pesantren menyatu dengan masyarakat sehingga eksistensi Pesantren diterima Dan menjadi role model masyarakat. Bahkan Tidak hanya bagi umat Islam, tapi juga bagi nonmuslim. Hal ini dilakukan KH Bisri Mustafa yang mampu merangkul semua Anak bangsa lintas Agama.

Ketiga, Pesantren berhasil mengikis budaya atau trend hijrah yang sifatnya simbolistis dan formalistik. Pesantren dengan budaya tahlilan, berjanjenan, yasinan dan pengajian mampu menampilkan budaya khas yang lebih substansial yang menekankan persaudaraan, kasih sayang, dan kemanusiaan.

Keempat, basis moderasi Pesantren adalah doktrin Aswaja yang moderat, toleran, tawazun, i’tidal, Dan Amar Ma’ruf nahyi mungkar.

Kelima, Pesantren Kaya terhadap diskursus keilmuan yang menopang moderasi yang dipraktekkan para kiai Dan santri.

Dalam paparan riset yang kedua membahas tentang Implikasi Suksesi Kepemimpinan Pesantren di Jawa Tengah yang disampaikan oleh Imam Azroi dan Isyrokh Fuaidi. 

Hasil penelitian tersebut menunjukakkan beberapa hal yaitu: Pertama, Pesantren salaf yang diwakili oleh PP APIK Kaliwungu Kendal berhasil melakukan regenerasi secara sukses. Genealogis dalam arti mempertimbangkan aspek keluarga menjadi kunci regenerasi Pesantren salaf. PP APIK Kaliwungu yang usianya lebih dari satu abad justru semakin berkembang Dan suksesi kepemimpinan berjalan sukses. Masing-masing elemen pesantren memberikan kontribusi sesuai kapasitas Dan otoritasnya.

Kedua, Pesantren semi salaf semi modern yang diwakili oleh PP Futuhiyyah Mranggen Demak menerapkan model genealogis professional dalam suksesi Kepemimpinannya. Aspek keluarga plus kapasitas intelektual menjadi pertimbangan utama. Bahkan Pesantren ini melakukan diversifikasi dengan munculnya unit-unit pesantren baru yang melengkapi Pesantren induk. Semua inovasi ini berjalan secara harmonis Dan kondusif.

Ketiga, Pesantren modern yang diwakili Assalam Sukoharjo Solo menerapkan model professional dalam suksesi Kepemimpinan Pesantren. Aspek profesionalitas yang meliputi integritas, kapasitas keilmuan, dan akseptabilitas menjadi faktor kunci dalam suksesi Kepemimpinannya. Pesantren ini semakin maju di tengah kompetisi ketat lembaga pendidikan.

Menuju Research University

IPMAFA dengan budaya Riset sebagaimana acara di atas telah melakukan lompatan besar menuju lahirnya research University Berbasis nilai-nilai Pesantren yang menekankan konfidensi (i’timad Alan nafsi), curiosity (al-hirsh), al-qudwah al-hasanah (good model), Dan al-kifah al-mudawamah (spirit juang).

Riset ini pada akhirnya bertujuan memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat luas sebagaimana doktrin pendiri IPMAFA, KH MA Sahal Mahfudh, yang menekankan nilai kemanfaatan sebuah ilmu.