Oleh: Dr. Jamal Ma’mur, M.A.*
Di NU, terdapat beragam kategori aktivis. Salah satunya adalah Ahlul Kalam. Pekerjaan mereka adalah memberikan sambutan, vokal dalam acara bahtsul masail, diskusi keagamaan, dan berbagai kegiatan seremonial lainnya.
Kategori lainnya adalah Ahlul Amal. Mereka bekerja, bekerja, dan terus bekerja. Ahlul Amal tidak banyak beretorika, namun waktunya habis untuk mengeksekusi program di lapangan, baik dalam bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, maupun sosial kebudayaan.
Kolaborasi dan sinergi antara Ahlul Kalam dan Ahlul Amal merupakan keniscayaan dalam roda organisasi dan menjadi kunci kebangkitan NU. Ahlul Kalam, yang identik dengan pemegang kebijakan, konseptor, dan orator, harus diback-up secara penuh oleh Ahlul Amal, yaitu kalangan profesional yang mampu mengeksekusi program secara kreatif, inovatif, dan akuntabel.
Ironisnya, terkadang Ahlul Kalam justru lebih banyak jumlahnya dibanding Ahlul Amal. Padahal, Ahlul Kalam sebaiknya tidak perlu terlalu banyak. Justru Ahlul Amal inilah yang harus diperbanyak agar roda organisasi dapat berjalan dan berkembang dengan dinamis.
KH. Abdul Wahhab Hazbullah, yang dikenal sebagai penggerak Nahdlatul Ulama, menegaskan bahwa kesempurnaan tidak terletak pada ucapan, tetapi pada tindakan. Kesempurnaan dapat dimaknai sebagai kesuksesan, kebangkitan, dan prestasi.
Inspirasi dari Winong, Pati
Kemarin, penulis mengikuti Rapat Pleno PCNU Pati di Gedung SMKNU Pati (Ahad, 13 Juli 2025). Alhamdulillah, penulis berkesempatan bertemu dengan Kiai Mudhofir, Ketua Tanfidziyah MWCNU Winong Pati, yang kembali terpilih dalam pemilihan Ketua Tanfidziyah untuk periode sekarang.
Salah satu prestasi besar MWCNU Winong adalah keberhasilannya dalam menata kelembagaan Lazisnu sehingga menjadi garda terdepan dalam membumikan kemaslahatan umat di bidang sosial, kesehatan, dan ekonomi. Manajemen profesional yang diterapkan berhasil mendorong warga NU untuk aktif berdonasi melalui berbagai program, seperti Kotak Koin NU, Donasi Rp5.000 untuk operasional Mobil Layanan Umat (MLU), dan program lainnya.
Dalam waktu dekat, insya Allah MWCNU Winong akan mengadakan pembukaan Klinik Kesehatan Rawat Inap yang melayani kebutuhan kesehatan masyarakat. Sungguh luar biasa.
Ada banyak kiat sukses yang dikemukakan oleh Kiai Mudhofir dalam menggerakkan MWCNU, khususnya Lazisnu. Antara lain:
-
Menggembleng landasan ideologis Aswaja Nahdliyyah.
Pengurus NU, khususnya pengurus Lazisnu, harus memiliki ideologi Aswaja Nahdliyyah yang tertanam dalam dada, sehingga mewarnai keyakinan, pemikiran, dan perilaku mereka. Ideologisasi ini menjadi pembakar semangat utama yang mendorong para personel untuk berjuang di medan laga dengan optimisme, kerja keras, dan semangat pantang menyerah. -
Honor yang jelas bagi amil Lazisnu.
Honorarium untuk amil zakat di Lazisnu MWCNU Winong disesuaikan dengan standar UMR Pati. Pada tahun 2025, UMR Pati adalah Rp2.332.350. Menariknya, honor tersebut tidak hanya diberikan kepada satu personel, tetapi kepada semua tim pelaksana. Honor yang layak ini menjadi pendorong motivasi untuk mencapai target kuantitatif dan kualitatif lembaga. -
Kekompakan semua lini organisasi.
Program-program visioner MWCNU Winong mendapat dukungan penuh dari banom NU, khususnya Muslimat, Fatayat, Ansor, dan IPNU-IPPNU. Tanpa kekompakan ini, sulit membayangkan MWCNU Winong meraih kesuksesan yang kini menjadi inspirasi bagi pengurus NU di berbagai daerah.
Semoga seluruh pengurus NU di berbagai tingkatan dapat meneladani kesuksesan MWCNU Winong Pati dalam menerapkan manajemen profesional-partisipatif, demi membumikan Islam Aswaja Nahdliyyah yang visi-misinya adalah mewujudkan rahmatan lil-‘alamin.
Aamiin, Aamiin, Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamiin.
Wallahu A’lam.
*Dr. Jamal Ma’mur, M.A, Dosen Pasjasarna IPMAFA