Dialog terbuka Dengan Prof. Sumanto Al-Qurtuby

Senin 21 Juli 2014, STAIMAFA kedatangan tamu istimewa dari Amerika. Kedatangan beliau di STAIMAFA merupakan salah satu rangkaian kegiatan beliau di Kajen. Sebelum di STAIMAFA, beliau menyempatkan diri untuk ziarah ke Maqam Mbah Ah. Mutamakkin, Mbah Sahal, serta mengunjungi tokoh kiai di Kajen yaitu KH. Muadz Thohir di kediamannya. Baru setelah itu, kira-kira pukul 10 pagi Prof. Sumanto singgah di STAIMAFA untuk sharing terbuka berkenaan dengan riwayat hidupnya serta tips-tips ataupun trik-trik untuk belajar di luar negeri khususnya di Barat.
Mengawali pembicaraan, tokoh yang bulan depan akan menjadi profesor di King Saud University ini menuturkan bila beliau berasal dari daerah terpencil di Kabupaten Batang-Jawa Tengah. Desanya sangat terpencil dan terisolir dari keramaian kota. Maka tak heran bila desa tersebut dijadikan sebagai “wadah“ para mafia atau bandit-bandit yang ada di daerah itu. Namun hal itu tidak membuat orangtuanya patah semangat  untuk berjuang dan menyekolahkan Sumanto kecil di kota.
“dulu sewaktu saya kecil, jarang sekali masyarakat yang memilih untuk sekolah. Para teman-teman kecil saya waktu itu banyak yang memilih untuk mengembala kambing ataupun kerbau. Mereka beranggapan bila menggembala itu mendapatkan uang sedangkan sekolah itu menghabiskan uang. Maka dari itu saya sangat berterimakasih sekali kepada orangtua saya hingga saya bisa seperti sekarang ini“, tutur profesor yang juga selaku pendiri NU di Amerika ini.
Selain berbicara mengenai masa kecilnya, beliau juga memberikan tips-tips untuk meraih beasiswa ke luar negeri khusunya Barat.
“jika kalian mau terbang keluar, hal pertama yang harus kamu siapkan ialah penguatan sayapmu. Jangan sekali-kali kamu terbang tapi sayapmu tidak kuat untuk digunakan. Artinya apa, jika ingin kuliah di luar, hal pertama yang harus dipersiapkan adalah penguatan bahasa. Baik itu Inggris_jika mau ke barat_ maupun Arab_jika mau ke Timur Tengah_. Selain penguasaan bahasa, ada beberpa hal pula yang harus diperhatikan, yaitu : (a) adanya surat referensi Profesor dari institusi yang bagus dan ternama, (b) CV yang baik, (c) Surat lamaran/Statemen tentang alasan pemilihan kampus, jurusan, dan lainnya“. Ungkap profesor yang telah lebih dari 10 tahun keliling Eropa dan Amerika ini.
Diakhir pembicaraan, beliau memberi masukan bagi para peserta dialog untuk tetap bersemangat dalam mengejar impian setinggi-tingginya. Biarpun berasal dari desa, tapi jangan sampai itu menghambat kita untuk menjadi berkembang dan besar.
Dimuat di SM pada : kamis 24 Juli 2014,, Suara Muria Pati ( dengan edit).