Kajen Kota Literasi

Oleh Jamal Ma’mur Asmani

DESAKajen, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati sejak dulu menjadi kiblat pengetahuan masyarakat Pati dan sekitarnya, seperti Jepara, Kudus, Grobogan, Blora, dan Rembang. Kajen dikenal sebagai daerah santri dengan jumlah pesantren dan madrasah yang sangat banyak dan beragam. Di desa ini terdapat makam tokoh yang sangat populer, yaitu Syekh Ahmad Mutamakkin.

Tokoh legendaris tersebut hidup pada abad ke-16-17 (1645- 1740) yang dalam kisahnya mampu menaklukkan Kartasura yang dipimpin Sunan Amangkurat IV (1719-1726) dan putranya Pakubuwono II (1726-1749). Ia menggunakan kemampuannya mengombinasikan tasawuf, falsafi, dan tasawuf sunni dalam satu tindakan tasawuf amali (Asmani, 2007). Generasi-generasi Syekh Mutamakkin dari ketiga putraputrinya, yaitu Nyai Alfiyah Godeg, Kiai Bagus, dan K Endro Muhammad menyiarkan dan mengembangkan Islam di Kajen dan sekitarnya, sehingga perkembangan Islam di Kajen berjalan cepat. Saat ini, di Kajen terdapat pesantren dengan ribuan santri, antara lain: Ponpes Raudlatul Ulum di Kajen Tengah, Ponpes Kulon Banon, Ponpes Mathaliul Huda Pusat, Ponpes Maslakul Huda Putra, dan Ponpes Pesarean.

Di samping pondok pesantren, di Kajen berdiri banyak lembaga pendidikan formal, seperti Salafiyah, Al-Hikmah, dan Cordova. S alah satu lembaga pendidikan legendaris di Kajen karena mampu melahirkan ulama dan cendekiawan besar adalah Perguruan Islam Mathaliíul Falah (PIM) yang dirintis oleh KH Abdussalam dan dibantu saudaranya KH Nawawi. Kemudian diteruskan oleh KH Mahfudh Salam, KH Abdullah Zen Salam-KH Muhammadun, KH MA Sahal Mahfudh, KH A Nafi Abdillah, dan sekarang dipimpin KH Mohammad Abbad Nafi.

Lulusan PIM antara lain KH Ulil Albab Arwani, KH Moh Aniq Muhammadun, KH A Muadz Thohir, KH Ubaidillah, KH Imam Aziz, KH Arwani Faisal, Ulil Abshar Abdalla, Hj Badriyah Fayumi, Marwan Jaífar, Marzuki, Saiful Umam, M Yunus Masrukhin, dan masih banyak lagi. Diaspora alumni PIM terjadi di banyak tempat dengan profesi yang berbeda-beda, seperti ulama, cendekiawan, politisi, aktivis lembaga swadaya masyarakat, dan pengusaha.

Orientasi tafaqquh fiddin (pemahaman ilmu agama) PIM dipahami secara kontekstual, dalam arti memahami ilmu agama yang mampu menjadi solusi bagi problematika masyarakat. Tidak hanya dalam pengertian tekstual, dalam arti hanya ritual. Hal ini tidak lepas dari pemikiran dan laku para pendiri PIM yang menekankan keikhlasan, kerendahhatian, konsistensi, kejuangan, kepercayaan diri, spirit tinggi dalam belajar dan berprestasi, kezuhudan, kesabaran dan kewiraian yang membawa keberkahan hidup di dunia dan akhirat.

Figur seperti KH Abdullah Zein Salam dan KH MA Sahal Mahfudh mempunyai pengaruh besar dalam menancamkan nilainilai karakter unggul yang menyemaikan religiositas dan intelektualitas sekaligus. Kebesaran seseorang tidak hanya diukur oleh tingginya intelektualitas, tapi juga kedalaman spiritualitas yang dihasilkan dari intensitas dan ekstensitasnya dalam mendekatkan diri kepada Sang Khaliq.

Kota Literasi

Seiring dengan perkembangan zaman, Kajen terus mengalami transformasi dari kota santri menjadi kota literasi. Kota literasi adalah daerah yang di dalamnya sarana dan spirit keilmuan, khususnya membaca dan menulis, bersemai dan menemukan elan vitalnya. Kajen sekarang mentrasformasi diri sebagai kota literasi ditandai dengan beberapa hal.

Pertama, berdirinya perguruan tinggi yang berbasis nilai-nilai pesantren, yaitu Institut Pesantren Mathaliul Falah (Ipmafa) yang dirintis Kiai Sahal Mahfudh bersama para kiai yang lain yang dinakhodai KH Abdul Gaffar Razin yang dulunya bernama Sekolah Tinggi Agama Islam Mathaliul Falah (Staimafa). Figur Kiai Sahal Mahfudh menginspirasi intelektual-intelektual muda pesantren Kajen untuk mengusung gagasan-gagasan besar dan meneladani spirit perjuangannya dalam membumikan Islam rahmatan lil-alamiin. Kedua, berdirinya Maíhad Aly fi Qismil Fiqhi wa Ushulihi Pondok Pesantren Maslakul Huda.

Maíhad Ali yang diakui legalitasnya setara S-1 oleh Kementerian Agama ini bertujuan menyemai dan mengembangkan pemikiran genuine Kiai Sahal Mahfudh. Kiai sepuh itu berhasil mengembangkan fikih dan ushul fiqh dalam bendera fikih sosial dan berhasil memberdayakan ekonomi masyarakat pedesaan dengan pendekatan partisipatoris.

Maíhad Aly ini menjadi jawaban terhadap sinyalemen krisis ulama yang terjadi sekarang. Momentum haul Syekh Ahmad Mutamakkin yang jatuh pada Muharam ini menjadi pelecut lembaga- lembaga ini untuk mendemonstrasikan kegiatan-kegiatan motivatif dan inspiratif yang akan mempercepat transformasi Kajen sebagai kota literasi. (H15-14)

Penulis adalah pengamat sosial budaya, Wakil Ketua PCNU Pati