“Puasa memilki manfaat berbeda-beda, bergantung siapa yang menjalankan dan terkadang sifatnya tersembunyi. Hanya yang berpuasa yang tahu,’’ kata Khabibi Muhammad Luthfi, salah satu pengajar di Sekolah Tinggi Agama Islam Mathaliul Falah Pati, Minggu (5/7). Menurutnya, beberapa tulisan tentang manfaat puasa, baik psikologis maupun fisik kebanyakan berdasar pada puasa secara umum tanpa memperhatikan subjek atau orang yang berpuasa.
Sering orang berujar, ‘’puasa itu menyehatkan, tapi kenapa yang berpuasa justru magnya kambuh?’’ atau ‘’puasa itu membuat pikiran cerdas, tapi kenapa yang berpuasa justru sering mengantuk dan tidak semangat belajar ?’’ dan ungkapan-ungkapan lain yang seolah menjadi kebalikan dari manfaat puasa itu sendiri.
Bagi Luthfi yang pernah menjadi santri kilat Ramadan di pondok pesantren Kiai Sahal Mahfudh Kajen, Pati, ungkapan itu muncul karena belum mempertimbangkan keadaan fisik atau nonfisik orang yang berpuasa. Bisa jadi, bagi orang yang fisiknya lemah, justru puasa akan menyebabkan kantuk, sehingga malas belajar dan akhirnya kurang pintar.
‘’Apakah dengan logika ini kemudian menyalahkan puasanya? Jawabnya, tentu tidak, karena puasa selalu terkait dengan siapa yang berpuasa dan apa niat dari puasa itu sendiri,’’ lanjut dia.
Sejauh pengalaman Luthfi selama kuliah, puasa justru memberikan efek positif. Meskipun secara kasat mata puasa menyebabkan kantuk dan malas ketika di kelas, namun di luar itu justru merasa cepat memahami materimateri yang diajarkan dosen dibanding ketika tidak berpuasa.
Sering dalam proses belajar, dia juga tiba-tiba mendapatkan pengetahuan yang belum pernah dibaca sebelumnya.
‘’Tidak itu saja, ilmu lain di luar displin yang saya geluti, terasa cepat dan mudah dipahami,’’ papar Luthfi yang pernah menjadi wisudawan tercepat dan terbaik saat kuliah di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
‘’Saya masih ingat pesan dalam Kitab Taílim Mutaallim bahwa perut yang kosong mampu meningkatkan kemampuan otak,’’ tutur dia.
Dia merasa, lapar dan dahaga karena puasa justru membuat nyaman dan rileks, karena dalam kesehariannya tidak terbebani dengan persoalan makanan.
Tiga Kali Lipat
Lebih lanjut, dia mencontohkan, saat Ramadan, di beberapa pesantren waktu belajar santri justru ditambah, bahkan bisa tiga kali lipat dari hari biasa. Ini membuktikan bahwa puasa justru meningkatkan motivasi. Banyak santri yang juga mampu memahami isi kitab-kitab yang diajarkan ketika Ramadan.
‘’Dulu saat masih mondok, saat Ramadan saya menghatamkan 10-15 kitab. Padahal kalau hari-hari biasa, satu kitab saja harus diselesaikan bertahuntahun,’’ lanjut Luthfi yang ketika masih sekolah, setiap Ramadan secara bergantian nyantri di banyak pesantren di Jawa.
Di samping itu, katanya, pada Ramadan, di sela-sela mengaji kitab, para santri juga mampu menghatamkan Alquran minimal satu kali. ìMembaca Alquran terasa sangat ringan. Ini merupakan bukti konkrit puasa semakin meningkatkan motivasi belajar,î jelas dia..
Selain itu, di beberapa pondok pesantren Jawa ada jenis-jenis puasa yang mempunyai manfaat kebeningan hati seperti dalail al khairat dan puasa dawud. Terkadang orang yang berpuasa, tambah ustad yang juga mengajar salah satu pondok pesantren di Pati ini, memiliki kemampuan mata batin untuk mengetahui peristiwa yang akan terjadi.
Namun, yang terahir ini menurutnya, tidak sembarang orang yang dikarunianya. Dia memandang, dari kacamata orang yang berpuasa ini, manfaat puasa sangat kontekstual, bergantung dari niat.
‘’Setidaknya itu pengalaman puasa saya pada saat sekolah dan kuliah, sehingga mendapatkan manfaat langsung yang terkait dengan kebutuhan saya sendiri, yaitu kecerdasan akal atau kebeningan hati,’’ kata dia.
Dia berpendapat, jika ada yang berpuasa dan tampak dari luar mendapatkan sisi negatif, jangan terburu-buru menyalahkan puasa, karena mungkin yang berpuasa mendapatkan sesuatu yang sesuai dengan niat tanpa diketahui orang lain. Selain itu, jika belum mendapat apa yang diinginkan, bisa jadi dia kurang tepat dalam niat.
‘ ‘’Sebab puasa pada dasarnya adalah niat ikhlas karena Allah, sementara manfaat kontekstual ini adalah efek dari niat itu,’’ jelas Luthfi. (Muhammadun Sanomae- 61)




