Pati dikenal dengan slogan Bumi Mina Tani, sebuah afirmasi atas potensi geografis yang bertumpu kepada sektor pertanian. Sayangnya, banyak petani Pati yang mengeluh atas beberapa kasus. Salah satunya adalah petani tebu dan ketela. Harga yang fluktuatif, bahkan cenderung terus menurun membuat para petani tebu dan ketela sering mengalami kerugian, bahkan kebangkrutan. Di saat harga pupuk tidak turun, gaji pekerja yang terus naik, ternyata harga jual tebu dan ketela menurun. Di sinilah pentingnya advokasi sektor pertanian supaya usaha yang mereka jalani mendapatkan jaminan masa depan yang lebih baik. Jika realitas ini terus terjadi, maka masa depan petani semakin suram dan mencari anak-anak muda yang mau berprofesi sebagai petani semakin sulit. Mereka lebih memilih profesi yang menjanjikan secara ekonomis sesuai keahliannya. Fenomena sulitnya mencari petani muda ini terjadi di mana-mana sehingga harus direspons dengan langkah-langkah konkret dan aplikatif.
Selain melakukan pendampingan dan advokasi kepada para petani, dibutuhkan pelatihan secara serius dan kontinu untuk meningkatkan kompetensi petani dalam konteks pengelolaan lahan, produktivitas hasil, manajemen marketing, diversifikasi usaha, dan kerjasama dengan dinas-dinas terkait, khususnya dinas pertanian. Studi banding ke tempat-tempat yang inspiratif dan motivatif bagi kemajuan dunia pertanian perlu digalakkan demi efektivitas program pertanian yang kompetitif. Organisasi petani sebagai forum interaksi, komunikasi, dan sosialisasi harus direvitalisir dengan kader-kader yang berkualitas sehingga mampu menjadi instrument kemajuan dunia pertanian di Pati.
Selain itu, banyak produk unggulan Pati yang harus dikemas dengan baik dan diperkuat jaringan marketingnya sehingga distribusinya berjalan dengan lancar. Pemerintah Daerah Pati sudah membuat tempat khusus untuk mendemonstrasikan produk-produk unggulan Pati di Pasar Pragolo Margorejo Pati. Ini adalah terobosan efektif yang harus ditindaklanjuti dengan revitalisasi produk-produk unggulan Pati sehingga kompetitif di pasar. Pati sudah memetakan produk unggulan yang ada di masing-masing daerah, seperti kopi, jeruk pamelodan tape di daerah Gembong, kelapa kopyor di daerah Dukuhseti, dan lain-lain.
Untuk memperkuat ini, sektor usaha kecil menengah (UKM) harus digarap secara serius. Pelatihan kewirausahaan (entrepreneurship), baik secara teori maupun praktek, harus diintensifkan, sehingga lahir wirausahawan-wirausahawan muda yang dinamis dan kompetitif yang mampu menciptakan lapangan kerja dalam jumlah besar. Akses modal kepada pengusaha muda harus dipermudah supaya usaha kecil menengah mengalami peningkatan tajam.
Selain potensi di bidang pertanian dan ekonomi di atas, Pati juga mempunyai potensi besar di bidang pariwisata. Banyak potensi yang bisa dikembangkan menjadi destinasi wisata yang banyak dikunjungi, baik wisatawan Pati atau daerah lain, seperti Bumi Perkemahan Jolong, Gua Pancur, air terjun dan rawa di daerah Gembong, mangrove di Sambilawang Trangkil, dan lain-lain. Dalam konteks ini, sangat penting merevitalisir wisata religi karena di Pati banyak terdapat makam para wali, mulai makam Syekh Ahmad Mutamakkin Kajen, Syekh Abdullah Salam Kajen, Syekh Ronggo Kusumo Ngemplak, Syekh Suyuthi Abdul Qadir Guyangan, Ki Ageng Ngerang Gabus, Syekh Jangkung Kayen, Syekh Ahmad Wiropadi Pasucen Trangkil, dan lain-lain. Wisata religi ini harus dikembangkan secara serius dengan penguatan manajemen, pembangunan infrasruktur, dan pengembangan jaringan.
Potensi lain adalah bidang pendidikan pesantren. Di Pati ini ada dua icon pendidikan pesantren yang mempunyai reputasi regional dan nasional. Pertama, Perguruan Islam Mathali’ul Falah Kajen yang dirintis oleh KH. Abdussalam dan dikembangkan oleh generasi-generasi penerus, seperti KH. Mahfudh Salam, KH. Abdullah Zen Salam, KH. MA. Sahal Mahfudh, KH. Ahmad Nafi’ Abdillah, dan sekarang dipegang oleh KH. Muhammad Abbad Nafi’. Kedua, Pesantren Raudlatul Ulum Guyangan Trangkil yang dirintis oleh KH. Suyuthi Abdul Qadir dan diteruskan oleh generasi-generasi sesudahnya, yaitu KH. Salim Suyuthi, KH. Humam Suyuthi, dan sekarang dipegang oleh KH. Najib Suyuthi. Prestasi kedua lembaga ini sudah meroket ke level nasional, dan banyak santri kedua lembaga ini yang meneruskan ke perguruan tinggi prestisius di dunia, seperti Al-Azhar Mesir dan Harvard Amerika. Sudah seyogianya pemerintah daerah memberikan penguatan kepada dua lembaga ini agar lebih optimal dalam peningkatan kualitas sehingga bisa menjadi destinasi pendidikan pesantren level nasional yang akan mengharumkan nama Pati.
Potensi besar Pati di atas diperkuat dengan diaspora warga Pati ke berbagai penjuru wilayah di tanah air, bahkan ke luar negeri. Banyak dari mereka yang berprofesi sebagai ilmuwan di berbagai perguruan tinggi, swasta maupun negeri, pengusaha kelas menengah dan atas, dan birokrat yang mempunyai akses kuat ke pusat-pusat kekuasaan. Potensi-potensi sumber daya manusia yang besar ini seyogianya dipanggil untuk kembali ke Pati dalam rangka memberikan pemikiran-pemikiran besar bagi kemajuan Pati ke depan, memberikan akses jaringan ke luar, modal dan lain-lain.
Bupati dan Wakil Bupati Pati terpilih mempunyai tanggungjawab besar mengembangkan potensi besar Pati di atas. Semoga dengan langkah-langkah di atas, potensi besar Pati bisa mengalami kemajuan pesat demi kemandirian, kesejahteraan, dan kejayaan Pati di masa depan.
*Pengamat Sosial, Kaprodi Zakat Wakaf IPMAFA, Aktivis ISNU Pati
Sumber: Suara Merdeka