Santri Perlu Dibekali Jurnalistik

PATI – Peran santri masih terbatas dipandang dalam mewarnai informasi dunia. Karena itu, santri perlu dibekali kemampuan jurnalistik agar bisa menuangkan pengetahuan, gagasan, serta pandangannya dalam bentuk tulisan.

Demikian disampaikan Pengasuh Pondok Pesantren Maslakul Huda Kajen, Margoyoso, Pati KH Abdul Ghofarrozin MEd, saat pembukaan sarasehan jurnalistik Ramadan 2014, kemarin.

Sarasehan yang digelar Suara Merdeka itu bertema ”Membudayakan Santri Menulis” dam berlangsung di Auditorium Sekolah Tinggi Agama Islam Mathali’ul Falah (Staimafa). Puluhan santri pesantren tersebut antusias mengikuti kegiatan bertajuk Gerakan Santri Menulis (GSM) yang ke-20 tersebut.

Sarasehan memasuki putaran ketiga dihadiri Wapemred Suara Merdeka Gunawan Permadi dan Bupati Pati Haryanto yang membuka acara tersebut. Adapun pemateri menghadirkan Ketua GSM 2014 Agus Fathudin Yusuf, Asep Bina Septriono (Kepala Desk Internasional), Imam Nuryanto (Kepala Desk Muria), dan Moh Saronji (Desk Lintas Jateng).

KH Abdul Ghofarrozin mengemukakan, santri sejatinya tidak hanya ngaji kitab agama dan Alquran, tetapi juga perlu memiliki kompetensi dalam bidang penulisan. ”Santri memang diakui masih tertinggal dalam bidang media,” katanya.

Dia mencontohkan, saat browsing google tentang ziarah kubur, yang keluar pertama justru tulisan dari orang-orang yang kontra dengan ziarah dan bukan mengupas inti dan makna di balik aktivitas itu, sebagai bentuk informasi dan pencerahan. ”Hampir tidak ada tulisan santri yang bisa ditemui ketika browsing google, itu baru satu contoh. Makanya kemampuan jurnalistik perlu dimiliki santri,” tandasnya.

Kemampuan menulis bisa memberikan kemajuan informasi bagi umat Islam. Santri menjadi bagian penting dalam penyampaiannya ke ruang publik. Karena pengetahuan dan ilmu agama yang dipahami dengan baik, juga harus bisa mendominasi ruang informasi publik, terlebih internet.

Menyaring Informasi

Atas tuntutan tersebut Gus Rozin berharap, sarasehan jurnalistik tidak berhenti sampai di sini dan ditindaklanjuti dengan pemahaman dan penerapan materi yang lebih mendalam. Itu bisa ditempuh dengan membentuk ajang lanjutan atau bahkan studi klub dan mungkin forum sejenis.

Gunawan Permadi menyatakan, perkembangan informasi dan media menuntut kemampuan jurnalistik semua kalangan, terlebih santri. Minimal dengan memahami jurnalistik, maka mereka dapat menyaring informasi yang benar, baik, dan berguna.

”Tiga hal ini yang diuri-uri Suara Merdeka selama ini. Sarasehan ini untuk lebih menggaungkan jurnalistik yang benar, baik, dan berguna, sekaligus lebih membangkitkan budaya menulis di pesantren,” tandasnya.

Bupati Haryanto mengapresiasi kegiatan tersebut, terutama dengan sasaran kalangan santri. Mengingat santri memiliki potensi dan kemampuan yang tidak kalah dengan mahasiswa. (H49-79)