
“Nilai-nilai pesantren merupakan ruh dan karakter Institut Pesantren Mathali’ul Falah (IPMAFA) Pati yang disepakati bersama dan dijadikan landasan segala aktivitas kampus”. Demikian paparan awal Diskusi Dosen yang diselenggarakan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPMAFA Pati pada senin (25/3 2019). Acara yang bertempat di Ruang Meeting lantai 1 menghadirkan M. Sofyan Alnashr –dosen IPMAFA- sebagai pemantik diskusi.
Nilai-nilai pesantren yang oleh IPMAFA dipaparkan dengan istilah NDSA (Nilai Dasar Shalih Akram) dikulminasikan menjadi nilai 9+1. Yaitu 9 teladan dari Masyayikh Mathali’ul Falah berupa karakter Al-Khirs (cinta ilmu), Al-Amanah (kejujuran), Al-Tawadldlu’ (rendah hati), Al-Istiqamah (disiplin), Al-Uswah al-Hasanah (keteladanan), Al-Zuhd (tidak berorientasi materi), Al-Kifah al-Mudawamah (Kejuangan), Al-I’timad ala al-Nafs (kemandirian), dan Al-Tawashshuth (Moderat). Kemudian dilengkapi dengan nilai yang melingkupi semuanya, Al-Barakah yang berarti bertambahnya kebaikan.
Sofyan menjelaskan, “NDSA merupakan nilai yang telah di-objektifikasi dari ajaran dan teladan para kyai Kajen dan sekitarnya, tugas kita sekarang untuk meng-internalisasi dalam artian menanamkan melalui pembelajaran dan mewujudkannya dalam tiap aktivitas kampus dengan pembiasaan dan pembudayaan” ungkapnya. Ia menambahkan bahwa tanpa pembiasaan dan pembudayaan maka NDSA hanya akan menjadi sekedar pelajaran kognitif an sich karena NDSA tidak terbentuk secara alami namun harus diajarkan dan dibudayakan.
Salah satu strategi yang disampaikan pembicara adalah melalui apa yang disebut dengan Hidden Curriculum, yaitu seperangkat pengetahuan dan nilai yang khas dari sebuah lembaga pendidikan yang tidak tercantum dalam kurikulum formal. “pada awalnya hidden curriculum adalah hasil sampingan dari pembelajaran yang tidak tertulis dalam kurikulum formal. Akan tetapi dalam perkembangannya bisa menjadi strategi dalam mengembangkan nilai atau norma yang dikehendaki sebuah lembaga pendidikan, termasuk IPMAFA ini”, imbuh pria asli Jepara ini.
Di bagian akhir, Sofyan menjelaskan strategi hidden curriculum untuk mendiseminasikan NDSA dalam kehidupan kampus melalui tiga hal. “pertamakebijakan dari pimpinan kampus dalam membudayakan NDSA, bentuknya kebijakan bukan peraturan. Kedua membangun kesadaran warga kampus dengan revitalisasi NDSA. Dan yang terakhir habitaution atau pembiasaan dan pembudayaan dalam aktivitas sehari-hari”.
Ia mencontohkan, pengembangan dari nilai Al-Khirst (rasa ingin tahu, cinta ilmu) melalui kebijakan membaca buku sebelum perkuliahan atau program satu hari bersama buku di mana dosen dan mahasiswa diwajibkan membawa buku pada hari itu. “tentu bukan hanya membawa, tetapi bisa dibaca setiap saat setiap waktu. Ketika pergantian jam kuliah atau bahkan saat menunggu pesanan makanan di kantin. Ini akan melahirkan kecintaaan terhadap buku dan kebiasaan membaca sehingga nilai khirst terbentuk dengan baik”, demikian penjelasan dosen yang ber-homebase di Prodi PGMI.
Terakhir, ia mengutip petuah Kiai Sahal bahwa “pendidikan harus bernuansa pada terciptanya manusia yang sholih dan akram”. Tugas utama manusia di bumi ialah sebagai khalifatullah (pengganti Allah) dan imarotul ardl (memakmurkan bumi). Tugas tersebut hanya dapat dilaksanakan dengan baik oleh insan yang shalih dan akram. (MSA)