Workshop Riset Historiografi Pesantren

Sabtu (20/09/14) Lembaga North Coast Center yang bernaung dibawah Sekolah Tinggi Agama Islam Mathali’ul Falah mengadakan Workshop Riset Historiografi Pesantren. Kegiatan yang bekerjasama dengan Journal Mahasiswa “Nazariat” ini menghadirkan Zainul Milal Bizawie dan Munawir Aziz sebagai pemateri.

Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan motivasi dan pembekalan kepada mahasiswa agar selalu berlatih untuk menulis khususnya dalam hal ini bererti menulis tentang fakta-fakta sejarah yang ada di pesantren, terutama Kajen. Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Tutik Nurul jannah bila “mahasiswa harus berusaha membiasakan diri untuk selalu menulis. Karena dengan menulis, ide yang ada dalam pikiran kita akan tercurahkan dan kelak mampu dinikmati oleh sesama, selain itu dengan menulis kita akan mampu mengembangkan pengetahuan yang kita miliki agar tidak stagnan dan mungkin hilang”. Kata Koordinatir Journal Mahasiswa “Nazariat” ini.

Sementara itu dalam paparannya kang milal menyampaikan bila “pesantren harus mampu menjadi penyeimbang perihal tentang maraknya pengetahuan-pengetahuan yang muncul dari Barat. Hal itu dimaksudkan agar orang-orang pesantren tidak ketinggalan dan tidak dikerdilkan. Oleh sebab itu, kemampuan melaksanakan riset dan menulis tentang sejarah keislaman khususnya tentang pesantren harus dilatih mulai sekarang. Ini mengingat bahwa sebenarnya pesantren mempunyai peran yang sangat penting dalam terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, jika pesantren hancur, maka bisa dipastikan hancur pula Indonesia”. Ungkap penulis buku yang sejak 3 hari kemarin keliling pesantren dan madrasah di Kajen dan sekitarnya untuk membedah buku Ngaji Sejarah Mbah Mutamakkin.

Seolah sepakat dengan kang Milal, munawir Aziz juga memberikan suntikan motivasi yang positif untuk para peserta yang hadir agar terus melatih diri melakukan riset-riset dan penulisan tentang sejarah-sejarah pesantren maupun keislaman. “santri itu seyogyanya menjadi peneliti/subjek, bukan hanya menjadi yang diteliti/objek agar tidak ketinggalan dan penonton saja. Selain itu jika kita mau jeli, disekeliling kita masih banyak hal-hal yang bisa diteliti terutama tentang sosok waliyulloh yang ada di Kajen dan sekitarnya”. Tutur Dosen yang juga Ketua Lembaga NCC STAIMAFA ini.

Para pesertapun tak mau ketinggalan untuk menimba ilmu kepada dua penulis senior ini. Banyak pertanyaan yang muncul terutama perihal tentang seputar kepenulisan dan keilmuwan pesantren. Salah satunya disampaikan oleh nasruddin tentang keprihatinannya atas regenerasi ulama’ ketika ulama’ yang disepuhkan telah meninggal. “seperti yang kita tahu, beberapa saat yang lalu kita telah kehilangan ulama’ kharismatik yakni Kiai Sahal Mahfudh. Tentu sangat sulit sekali mencari sosok yang bisa seperti beliau. Lalu bagaimana caranya kehilangan ini tidak berdampak signifikan pada pesantren di Kajen kedepan?” Tanya mahasiswa asal kajen yang duduk di Prody Bahasa Arab ini.

Menanggapi pertanyaan tersebut, Kang Milal pun memberikan salah satu solusi untuk menjembatani fenomena itu. Yakni dengan menulis jejak rekam ulama’ yang disepuhkan tadi. ‘dengan menulis biografi dan rekam jejak ulama’ kharismatik itu kita bisa tahu kebiasaan maupun amalan-amalan yang dijalani. Jadi nanatinya kita bisa meniru dan melakukan aapa yang telah beliau lakukan dan hal ini bisa kita niatkan sebagai tabarukan.

Kegiatan inipun disepakati untuk ditindaklanjuti dengan membuat tim yang nantinya dapat menghasilkan karya yang dapat dibukukan khususnya yang berkaitan tentang historigrafi Pesantren Kajen.