Search
Close this search box.
Search
Close this search box.
Berita Terbaru

IPMAFA MENJADI TUAN RUMAH PELANTIKAN PENGURUS 17 LEMBAGA PCNU PATI

PELATIHAN BERKISAH: METODE KREATIF UNTUK MAHASISWA PIAUD IPMAFA

LPPM IPMAFA Gelar Workshop Penulisan Artikel Jurnal Internasional Bersama Prof. Dr. Ilyas Supena

Mahasiswa PBA IPMAFA Jadi Presenter dalam Seminar Internasional PPPBA 2024

SEMINAR GESTA SEASON 2: AI DALAM PENDIDIKAN, TRANSFORMASI BELAJAR, DAN TANTANGAN ETIKA AKADEMIK

IPMAFA Turut Berperan dalam Muktamar Ilmu Pengetahuan 2: Menguatkan Peran NU Sebagai Civil Society
Share
WhatsApp
Facebook
Twitter

Redaksi IPMAFA – Institut Pesantren Mathali’ul Falah (IPMAFA) Pati turut berperan sebagai co-host dalam Muktamar Ilmu Pengetahuan 2 yang diselenggarakan oleh Lembaga Kajian dan Pengembangan SDM (LAKPESDAM) PWNU Jawa Tengah. Acara yang berlangsung pada Sabtu-Minggu, 7-8 Desember 2024 bertempat di Auditorium Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.

Mengangkat tema “Merefleksikan Kembali Peran NU sebagai Civil Society”, kegiatan ini dihadiri sejumlah tokoh penting, di antaranya Rois Syuriah PWNU KH. Ubaidulloh Shodaqoh, Ketua Tanfidziyah PWNU, KH. Abdul Ghoffar Rozien, Wakil Menteri Agama, Dr. Romo H.R. Muhamma Syafi’i, M.Hum, Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono, B.Eng., M.M., Rektor UNS, Prof. Dr. Hartono, dr. M.Si. Menghadirkan narasumber Gus Ulil Abshar Abdalla, Cak Savic Ali, dan para ilmuwan Nahdliyyin lainnya.

Dalam kesempatan tersebut, IPMAFA menjadi co-host dengan topik “Strategi Pemberdayaan dan Pengabdian NU”. Tiga narasumber mengupas tuntas topik tersebut, yaitu Bu nyai Tutik Nurul Janah dari IPMAFA Pati, KH. Umar Faruq dari PCNU dan IPMAFA Pati, serta Dr. Laila Khalid Alfirdaus dari Universitas Diponegoro Semarang. Sesi paralel ini dimoderatori oleh M. Sofyan Alnashr, pengurus Lakpesdam PWNU Jawa Tengah.

Kiyai Ubaidulloh Shodaqoh dalam khutbah iftitahnya menyampaikan urgensi ilmu pengetahuan (sains) dan manfaatnya bagi kemajuan bangsa dan masyarakat. Ilmu yang bermanfaat sebagaimana Hadis Nabi merupakan salah satu dari tiga amal yang akan terus mengalir sampai hari kiamat. “ilmu yang bermanfaat dalam hal ini bukan hanya ilmu agama saja tetapi semua ilmu pengetahuan, dan tugas kita bersama, kyai, ulama, cendekiawan untuk mengamalkannya”, demikian penjelasan beliau.

Sementara itu, Gus Rozien menjelaskan komitmen NU untuk membangun masyarakat yang partisipatif. Beliau memaparkan bahwa “peran NU sebagai civil society harus diperkuat dengan SDM yang mumpuni dan menjadi salah satu tugas Lakpesdam. Ini meneruskan pemikiran serta gerakan Gus Dur yang mengedepankan keseimbangan intelektual, ulama, dan gerakan sosial kemasyarakat”.

Pemberdayaan Bebasis Pesantren, Masjid, dan Jamaah

Pada sesi pararel strategi pemberdayaan NU, Neng Tutik mengawali diskusi dengan berfokus pada bagaimana strategi pemberdayaan yang dilakukan oleh KH. Sahal Mahfudh. Kiai Sahal berhasil mengembangkan pesantren tidak hanya sebagai lembaga pedidikan tetapi juga lembaga dakwah dan pemberdayaan masyarakat. Beliau bekerjasama dengan berbagai pihak dan kalangan demi mewujudkan kemaslahatan umat .

Direktur Pusat Fisi ini menjelaskan, “melalui pemikiran fiqh sosial, Kiai Sahal mengutamakan kemaslahatan umat untuk mencapai tujuan hidup manusia, yakni Sa’adatuddarain atau kebahagiaan dunia dan akhirat. Tujuan ini dapat tercapai apabila fungsi kekhalifahan dalam hal ibadatullah dan imaratul ardl dijalankan dengan baik”. maka gerakan sosial kemasyarakatan dilakukan oleh Kiai Sahal seperti membangun Kelompok Swadaya Masyarakat, mendirikan BPRS, menginisiasi klinik hingga rumah sakit, sekaligus mengembangkan lembaga pendidikan.

Umar Faruq dalam paparannya mengajak peserta memberdayakan masjid untuk masyarakat. “selama ini gerakan pemberdayaan NU identik dengan pesantren dan madrasah, padahal masjid juga sarana penting bagi kemajuan masyarakat. Kami saat ini terus mengembangkan Masjid Hijau Al-Ilham di Bakalan Dukuhseti menjadi masjid pencerah, pemberdaya, dan perekat umat”, terangnya.

Beliau mencontohkan Masjid al-Ilham saat ini mengelola rosokan dan limbah kulit kerang menjadi lebih bernilai ekonomi. Melalui sedekah rosokan dan pengolahan kulit kerang, masjid ini pada tahun 2024 ini berhasil mendapatan prestasi terbaik II tingkat nasional sebagai masjid ramah lingkungan dan inovatif. “saya siap untuk diajak berdiskusi panjang tentang masjid, karena saya telah mewakafkan diri untuk mengembangkan masjid”, imbuhnya.

Narasumber terakhir, Dr. Laila Khalid darI Undip menjelaskan peran penting NU dalam memberdayakan masyarakat. Menurutnya pemberdayaan NU harus mampu menjadi alternatif model bagi gerakan sosial untuk masyarakat yang sejahtera. Beliau menjelaskan, “untuk mencapai hal ini, yang diperlukan adalah keahlian atau expertise dari berbagai bidang, sumberdaya yang potensial (resource), network berupa jaringan yang luas dan kuat, dan issue selection/adjusment”.

Harapannya, muktamar ilmu pengetahuan ini mampu menguatkan kembali peran NU sebagai civil society melalui penguatan SDM sehingga menjadikan ilmu semakin bermanfaat. Kontribusi pemikiran strategis dengan modal sosial jamaah yang banyak akan mampu memberikan manfaat besar apabila dikelola dengan baik. (msa)


Tentang IPMAFA:
Institut Pesantren Mathali’ul Falah (IPMAFA) adalah perguruan tinggi yang terus berkomitmen untuk mencetak generasi yang berakhlak, berilmu, dan berkontribusi bagi masyarakat. Berlokasi di Pati, Jawa Tengah, IPMAFA terus berinovasi dalam pengembangan pendidikan dan riset berbasis nilai-nilai pesantren.