Search
Close this search box.
Search
Close this search box.
Berita Terbaru

Pendaftaran Beasiswa KIP Kuliah IPMAFA 2024 Resmi Dibuka: Cek Persyaratan dan Alur Pendaftarannya Sekarang

Mahasiswa MPBA IPMAFA Jadi Narasumber dalam Pelatihan Pengembangan Media Pembelajaran Bahasa Arab di MGMP Bahasa Arab Jepara

Monev KOPERTAIS Wilayah X Jawa Tengah di IPMAFA: Penguatan Mutu dan Sinergi Pengelolaan Institusi

IPMAFA Dampingi Lima Desa dalam Penerapan Smart Village melalui Laboratorium Sosial PMI

Tingkatkan Kualitas Pendidikan, Fakultas Tarbiyah Hadirkan Pakar Genetika

Meneguhkan Humanisme, Menolak Radikalisme
Share
WhatsApp
Facebook
Twitter
  • Oleh Jamal Ma’mur Asmani

PERINGATANIsrak Mikraj Nabi Muhammad saw jatuh pada Sabtu 14 April 2018, bertepatan dengan 27 Rajab 1439 H. Peringatan ini adalah momentum strategis untuk membangun peradaban kemanusiaan berbasis religius.

Dalam rangka meneguhkan peradaban kemanusiaan, Allah Swt memberikan banyak pelajaran kepada Nabi ketika Israk Mikraj. Nabi diajak jalanjalan ke surga dan neraka dengan berbagai kenikmatan dan siksa yang ada di dalamnya. Salah satu contohnya adalah sebagai berikut: ada golongan yang menanam dan memanen dalam satu hari. Setelah memanen, tumbuh kembali, memanen lagi, dan begitu seterusnya. Ini adalah gambaran yang berjuang di jalan Allah Swt.

Nabi juga melihat golongan yang memukul kepalanya sampai hancur, terus pulih kembali dan dipukul lagi sampai hancur, dan begitu seterusnya. Ini adalah siksa bagi orang yang berat melakukan kewajiban shalat.

Nabi melihat orang yang memikul seikat kayu yang ia tidak mampu memikulnya, tapi meminta tambahan barang lagi, meskipun tidak mampu memikulnya. Hal ini gambaran orang yang mempunyai banyak tanggung jawab yang tidak mampu melakukannya, tapi masih mencari tanggung jawab yang lain. Nabi melihat orang yang di sampingnya ada daging halal dan bangkai, namun ia malah memilih bangkai. Hal ini adalah gambaran orang yang suka berbuat mesum, sedangkan ia mempunyai istri atau suami yang halal (Najmuddin al- Ghaithi, t.th.:7-11).

Kisah-kisah inspiratif Nabi ini menjadi pelajaran berharga bagi umat Islam untuk menjadi pribadi yang mempunyai integritas dan kapabilitas profesional sehingga mampu menjalankan perannya sebagai khalifatullah dengan sukses dalam rangka membumikan peradaban kemanusiaan berbasis religius yang dicontohkan Nabi.

Peradaban berbasis humanitas Nabi dilanjutkan ketika membangun Negara Madinah yang berbasis partisipasi publik, kesetaraan, keadilan sosial, dan solidaritas universal (Nurcholis Madjid, 2002). Tidak ada diskriminasi berbasis agama, etnis, suku, dan antargolongan. Semua elemen masyarakat diberi kebebasan di bidang sosial, ekonomi, politik, dan kebudayaan.

Multikulturalisme

Dalam konteks agama, semua pemeluk agama dijamin untuk beribadah sesuai dengan keyakinan masingmasing. Toleransi dan multikulturalisme menjadi pondasi sosial yang ditanam Nabi di Madinah sehingga persaudaraan berbasis nasionalisme Madinah bisa terbangun dengan baik. Sepanjang nonmuslim yang terdiri atas nashrani-yahudi bisa hidup berdampingan dan bekerja sama dalam program-program sosialekonomi, maka selama itu pula mereka dijaminan keamanan dan hidupnya oleh Nabi sebagai manifestasi peradaban kemanusiaan universal.

Ketika pembebasan kota Makkah (fath Makkah), Nabi tidak mempunyai perasaan balas dendam, tetapi lebih mengedepankan nilai kemanusiaan dengan kasih sayang kepada seluruh penduduk Makkah.

Nabi menebarkan kedamaian, persaudaraan, dan penghormatan yang tinggi terhadap hak asasi manusia. Strategi Nabi ini terbukti efektif. Penduduk Makkah berbondong-bondong masuk agama Islam karena mereka melihat Islam sebagai agama yang jauh dari kebencian, permusuhan, dan balas dendam. Kisah ini terekam dalam QS Al-Nashr.

Ketika Nabi Muhammad melakukan haji pertama dan terakhir dalam hidupnya yang dikenal dengan haji wada, pesan penting Nabi di Padang Arafah yang direkam oleh para sahabat dan menjadi pesan penting bagi umat Islam adalah menjaga nyawa, harta, dan kehormatan. Pesan Nabi meliputi tiga aspek. Pertama, jaminan untuk mendapatkan perlindungan nyata. Kedua, pengakuan terhadap hak milik perseorangan atau kelompok.

Ketiga, jaminan terhadap kehormatan kemanusiaan (Said Aqil Siroj, 2012:346). Perang yang terjadi pada masa Nabi dalam rangka mempertahankan diri dari serangan orang-orang kafir yang ingin menghabisi penyebaran Islam, sehingga strategi perang Nabi dalam posisi defensif, bukan ofensif. Ayat-ayat Alquran yang bermakna radikal harus dimaknai secara temporer dan kasuistik dan dikembalikan maknanya kepada ayat-ayat fundamental atau muhkamat yang mengajarkan perdamaian dan persaudaraan kemanusiaan (Abdul Ghofur, 2015).

Melihat ilfiltrasi ideologi radikalisme, fundamentalisme, dan terorisme yang massif dan eskalatif di negeri ini, sudah seyogianya peringatan Israk Mikraj Nabi Muhammad saw ini menggugah kesadaran umat Islam untuk membangun peradaban kemanusiaan yang jauh dari nilai-nilai kebencian dan disharmoni sosial yang menjadi pondasi ideologi radikalisme yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.

Menurut M Niam Sutaman (2015), sebenarnya, seluruh gerakan di Timur Tengah bermuara kepada kepentingan kekuasaan, bukan agama. Agama justru digunakan untuk melegitimasi agenda politik yang sedang dimainkan, sehingga sebuah ideologi sewaktu-waktu bisa berubah jika kekuasaan sudah digenggam. Pandangan bisa dijadikan parameter dalam melihat ekspansi ideologi radikalisme yang kebanyakan lahir di Timur Tengah, seperti IS (Islamic State) yang sedang booming sekarang yang tujuannya tidak lain adalah mendirikan negara sendiri.

Indonesia sebagai bangsa yang cinta damai dan mengedepankan persaudaraan antarseluruh pemeluk agama tidak boleh terprovokasi oleh tangan-tangan jahat yang ingin memecah belah bangsa dengan menggunakan sentimen agama. Sejak kemerdekaan sampai sekarang, bangsa ini terbukti mampu mengatasi setiap konflik yang bersumber dari agama lewat pemahaman para tokoh dan umatnya yang toleran, inklusif, dan moderat.(42)

Jamal Ma’murAsmani, peneliti Pusat Studi Pesantren dan Fiqh Sosial IPMAFAPati.

Sumber: Suara Merdeka