Search
Close this search box.
Search
Close this search box.
Berita Terbaru

IPMAFA MENJADI TUAN RUMAH PELANTIKAN PENGURUS 17 LEMBAGA PCNU PATI

PELATIHAN BERKISAH: METODE KREATIF UNTUK MAHASISWA PIAUD IPMAFA

LPPM IPMAFA Gelar Workshop Penulisan Artikel Jurnal Internasional Bersama Prof. Dr. Ilyas Supena

Mahasiswa PBA IPMAFA Jadi Presenter dalam Seminar Internasional PPPBA 2024

SEMINAR GESTA SEASON 2: AI DALAM PENDIDIKAN, TRANSFORMASI BELAJAR, DAN TANTANGAN ETIKA AKADEMIK

Menolak Urbanisasi
Share
WhatsApp
Facebook
Twitter

Oleh: Jamal Ma’mur Asmani

Kemiskinan adalah masalah utama bangsa ini. Angka kemiskinan yang mencapai 27.70 juta jiwa (BPS 2016) menjadi bukti besarnya orang miskin di negeri yang katanya gemah ripah loh jinawe ini. Berbagai program pemerintah, seperti dana desa yang mencapai 1 milyar, pembangunan infra struktur secara nasional, Kartu Indonesia Pintar (KIP), dan Kartu Indonesia Sehat (KIS) diharapkan mampu mendongkrak kemandirian ekonomi bangsa. Faktanya, angka kemiskinan masih sangat besar. Mayoritas orang miskin tersebut ada di desa-desa kumuh dan terbelakang yang jauh dari kemajuan.

Dalam konteks Islam, banyak ajaran yang mendorong orang untuk keluar dari kemiskinan. Pertama, bekerja. Islam mendorong orang bekerja untuk mencukupi kebutuhannya. Dalam Islam, bekerja tidak dilihat dari sisi tinggi dan rendahnya, tapi melihat apakah bekerja tersebut halal apa tidak. Kedua, keluarga atau kerabat yang kaya menanggung anggota keluarga yang miskin, seperti orangtua menanggung anak atau anak menanggung orangtua. Ketiga, zakat. Zakat ini diperuntukkan untuk delapan golongan, utamanya fakir-miskin. Keempat, anggaran negara yang dialokasikan untuk memberdayakan potensi rakyat. Kelima, kewajiban-kewajiban non-zakat, seperti hak-hak tetangga yang harus dilaksanakan oleh tetangga dekatnya, berkurban, kewajiban orang kaya terhadap orang fakir-miskin, dan kewajiban yang lain. Keenam, sedekah sukarela dan kebaikan individu yang sifatnya anjuran (al-Qaradlawi, 1986: 33-118).

Meskipun Islam sudah memberikan banyak ajaran bagi manusia untuk keluar dari lubang kemiskinan, namun fakta berbicara lain. Dalam konteks masyarakat desa, persoalannya ada pada gaji yang rendah, lahan pekerjaan yang monoton, dan terbatasnya akses. Hal inilah yang mendorong masyarakat desa pasca lebaran idul fitri berbondong-bondong meninggalkan kampung halaman menuju pusat-pusat industri dan perdagangan di kota-kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, Medan, Makasar, Bali dan Bandung. Mereka optimis dapat mengubah masa depan di kota-kota besar tersebut. Tinggal di kampung halaman bagi mereka adalah malapetaka hidup karena mengabadikan kemiskinan dan keterbelakangan. Satu-satunya jalan untuk mempercepat masa depan ekonomi adalah bekerja di kota-kota besar yang menjanjikan gaji besar karena kota-kota tersebut menjadi pusat kemajuan di segala aspek kehidupan. Asumsi inilah yang membuat lahan pertanian yang menjadi tumpuan ekonomi masyarakat desa sepi peminat, khususnya dari anak-anak muda, karena mereka hijrah ke kota.

Jika asumsi ini benar, maka prospek ekonomi di kampung halaman akan suram. Kader-kader muda potensial akan berhamburan ke kota dan tidak ada yang tersisa di desa. Asumsi negatif ini harus dibalik dengan statement bahwa masa depan terbentang luas di desa. Namun, masa depan tersebut harus dibangun dan diciptakan dengan daya kreasi dan inovasi tinggi yang dilakukan secara konsisten dan intens. Mayoritas bangsa Indonesia tinggal di desa, sehingga kebangkitan Indonesia seyogianya lahir dari desa. Di sinilah urgensi dan signifikansi membangkitkan seluruh potensi desa supaya desa mampu menjadi destinasi berbagai bidang, seperti wisata, pendidikan, budaya, ekonomi, dan lain-lain.

Dalam konteks ini, dibutuhkan kader-kader muda kreatif, inovatif, dan transformatif yang mampu mengubah wajah desa yang miskin-tertinggal menjadi kaya-maju. Kader-kader muda inilah yang harus dimobilisir dan difasilitasi untuk membangun desa supaya lahir prestasi-prestasi besar yang mencengangkan dan menginspirasi kader-kader lain untuk meneruskan dan mengembangkannya. Peran mentor mempunyai peran penting untuk memotivasi kader-kader muda dalam berkiprah. Para mentor dapat membuka jalan kesuksesan kader-kader muda di desa. Para mentor bertanggungjawab membuka kran komunikasi dengan tokoh dan elemen yang lain yang ada di desa supaya kader-kader muda berani melangkah untuk mengaplikasikan ide-ide kreatifnya demi kemajuan desa di berbagai aspek kehidupan.

Menemukan potensi terbesar sebuah desa adalah pekerjaan yang tidak mudah. Analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan yang dikenal dengan SWOT (strength, weakness, opportunity, treatment)harus dilakukan secara serius dengan melibatkan banyak pakar baik yang berlatar belakang teoritis maupun praktis yang relevan dengan bidangnya, baik pendidikan, ekonomi, wisata, budaya, dan lain-lain sehingga diperoleh gambaran detail dan komprehensif mengenai potensi terbesar sebuah desa. Gambaran ini sangat penting untuk memetakan seluruh potensi yang ada, tantangan yang dihadapi, dan berbagai kemungkinan ke depan yang terjadi.

Pekerjaan utama dalam membangkitkan potensi desa adalah membangun tim kerja (teamwork) yang solid, dinamis, dan professional yang bekerja all-out untuk pengembangan potensi desa. Tim ini harus diisi antara kader-kader senior yang demokratis dan transparan dengan kader-kader muda yang kreatif, inovatif, dan transformatif. Kolaborasi dua kader ini akan menghasilkan lompatan-lompatan prestasi dengan tetap menghargai stabilitas dan kohesivitas sosial sehingga prestasi yang dihasilkan membawa dampak positif dan massif di tengah masyarakat. Studi banding ke desa yang sudah berhasil menjadi langkah selanjutnya sebagai sumber energi dan inspirasi dalam melangkah. Pare Kediri mampu mengubah desanya menjadi destinasi kursus inggris yang mampu menyedot animo masyarakat dari seluruh Indonesia. Batu Malang mampu menarik wisatawan karena wisata dan produk lokalnya yang kompetitif. Di Kabupaten Pati, banyak destinasi wisata dan produk lokal unggulan yang harus dikembangkan secara produktif sehingga kompetitif di pasar lokal, regional, dan nasional.

Menggalang kerjasama dan bersinergi dengan berbagai pihak akan mempercepat kebangkitan potensi desa ini. Pemerintah desa, dunia usaha, dunia pendidikan, tokoh agama, dan seluruh elemen masyarakat harus bisa bekerjasama dan bersinergi supaya potensi desa bisa cepat terangkat ke permukaan. Jangan sampai budaya saling jegal menjegal diabadikan, karena akan menghambat kemajuan desa. Dalam hal ini peran kepala desa sangat vital dalam mendinamisir proses perubahan yang dilakukan. Kepala desa juga harus mampu mempererat tali persaudaraan dan kekompakan antar seluruh elemen desa sehingga mereka mempunyai gambaran visi dan misi yang sama dalam menggerakkan perubahan positif di desa. Memberikan prospek cerah di desa, khususnya di bidang ekonomi, inilah salah satu cara menolak urbanisasi. Dengan cara ini, kader-kader muda desa akan nyaman hidup di desa, karena ternyata desa mampu memberikan harapan hidup yang layak bagi mereka.

Ketua Program Studi Manajemen Zakat Wakaf IPMAFA Pati, Penulis Buku Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal

Sumber: Suara Merdeka