
Pati – Ma’had Jami’ah Mathali’ul Falah mengadakan pengajian umum dalam rangka peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW 1440 H, Sabtu malam Ahad (6/4/2019). Tema yang diangkat adalah “Isra’ Mi’raj dalam pandangan tasawuf.” Dengan menghadirkan Miftahul Munif MA dan Ustadzah Asna Dzorrufa, finalis Aksi Indosiar 2015 sebagai narasumber. Pengajian Umum ini, berlangsung di Masjid dan dihadiri seluruh santri Ma’had, Naibul Mudir, Pengasuh, serta masyarakat sekitar.
Dr Dimyati selaku Naibul Mudir Mahad menyampaikan bahwa Isra’ Mi’raj merupakan salah satu peristiwa yang dapat kita teladani. Ia mengajak hadirin merefresh kembali mengenai 2 hal terkait setiap peringatan besar Islam. Pertama; Situs (tempat suci yang selalu diperingati dan bersejarah), kedua; Ritus berupa ritual keagamaan.
Dalam Isra’ Mi’raj terdapat Makkah Al-Mukarramah dan Baitul Maqdis sebagai situs-situs yang dimiliki umat Islam. Serta ada peristiwa yang menandai adanya sholat sebagai ritusnya. “Situs dan ritus ini begitu penting, karena setiap muslim memiliki kecenderungan untuk mengekspos kebudayaannya, bentuk memperlihatkan keimanannya.” jelasnya.
Dalam acara ini, bentuk pengajiannya didesain dalam bentuk diskusi ilmiah dan Maidhoh Khasanah karena audien pesertanya merupakan para santri yang sekaligus mahasiswa.
Di sesi pertama diisi oleh Miftahul Munif MA yang menjelaskan secara detail tentang peristiwa Isra’ Mi’raj ini dalam pandangan tasawuf. Melalui pendekatan para sufi dalam beberapa tafsir yang menafsirkan peristiwa ini dengan analisis drama. Dari mulai dimensi waktu, ruang, aktor, episode, serta kronologi. Rajab sebagai bulan yang mulia dengan berbagai keistimewaannya, yang diciptakan dengan “kun fayakun”, bukan “kun fakana” dimana Allah SWT sebagai creator besar yang menciptakan secara sistematis.
Berbagai makna tersirat dalam peristiwa ini, peristiwa yang melambangkan cahaya ketuhanan, ketundukan untuk kembali pada Allah, serta melihat masa lampau, pentingnya seorang salik atau yang mendalami agama harus memiliki guru pembimbing. “Layaknya teori bola karet, semakin keras benturan, semakin cepat dan tinggi memantul ke atasnya. Semakin banyak cobaan dari sang salik maka semakin cepat dan tinggi tingkat spritualnya.”, tutur Bapak Munif.
Selanjiutnya pada Maidhoh Khasanah oleh Ustazah Asna. Ia mengajak untuk terus menjalin komunikasi Hablum minan-nas dan Hablum minallah. “Jangan cuma jadi yang sholih tetapi juga yang muslih. Bersyukurlah ketika Allah memberimu beribu nikmat dan bersabarlah ketika Allah memberimu sedikit nikmat. Jika ingin barokah, beraktilah pada orang tua, jangan durhaka padanya, setinggi apapun anda, berbaktilah, mintalah do’a mereka.” Pesannya.
Disampaikan Naibul Mudir, peringatan ini diharapkan salah satu mengingat-ingat kembali sejarah umat islam, yang tidak tetinggal akan makna-maknanya, dan tidak hanya dijadikan sebagai ritual tapi sebagai pembelajaran, dan pemerat ukhuwah sesama.